Impian untuk Zahran

Kau tahu impian terbesar umi dan abi, nak? menghantarkanmu jadi penghafal Quran. Jauh sebelum kau hadir di rahim umi, umi dan abi sudah menancapkan cita – cita besar itu untukmu nak. Kenapa mesti penghafal Quran? Bukan menjadi dokter dan lainnya? mungkin engkau akan bertanya itu sayang. Umi dan abi tidak akan melarang dan mengekangmu nanti sayang, silahkan kau bercita-cita besar setinggi langit..mau jadi dokter, profesor, ataupun programmer itu terserahmu nak..tapi satu pinta umi dan abi, jadilah dokter..dokter yang hafal quran, jadilah profesor, profesor yang hafal quran, jadilah programmer, programmer yang hafal quran dan jadilah sesuatu..tapi sesuatu yang hafal quran.

Kau tahu nak, sekarang begitu banyak dokter berserakan dimana – mana, tapi sedikit sekali dokter yang hafal Quran, sedikit sekali dokter yang menjaga nilai – nilai Quran dalam menjalankan profesinya. Sehingga dalam mengobati pasien standarnya hanya duniawi semata. Kau tahu nak, sekarang juga banyak tersebar profesor dimana – mana. Bahkan, banyak sekali yang di usia muda sudah menyandang gelar profesor. Tapi sedikit sekali profesor yang hafal quran.  Yang bekerja atas dasar Quran. Kau tahu nak, programmer pun sudah sangat banyak bertebaran dimana-mana. Tapi sedikit sekali programmer yang hafal quran, sehingga program – program yang dibuatnya pun hanya orientasi dunia saja. Continue reading

Wanita dalam Otak Pria

Ini ada sebuah tulisan refleksi yang sangat bagus untuk kita kaum wanita. Cerita yang ditulis langsung oleh laki – laki yang merasa tersiksa karena ulah kita para wanita. Artikel ini saya baca ketika tingkat 2 kuliah, dan alhamdulillah sempat kesimpan di hardisk. Beberapa waktu yang lalu, ketika di cari di blog tempat saya membaca tulisan itu pertama kali, tulisan yang ini sudah tidak ada, padahal bagus untuk bahan perenungan bagi kaum wanita. Sebagai arsip saya posting ulang di blog ini, tulisan ini saya ambil dari blog ini

———————————————————————————————-

Kamu tau kenapa aku suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana, karena mataku susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana aku harus mengontrol mataku ini mulai dari keluar pintu kost sampai kembali masuk kost lagi. Dan kamu tau? Di luar kampus, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata aku terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat aku tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah. Untung dikampusku mayoritas penghuninya adalah wanita ”baik-baik”.

Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas tank yang ganas alias “Tank Top”, menoleh ke kiri ada pemandangan “Pinggul terbuka”, menghindar ke kanan ada sajian “Celana ketat plus You can See”, balik ke belakang dihadang oleh “Dada menantang!” Astaghfirullah… !! Kemana lagi mata ini harus memandang? Apa kudukku ini harus tetap melihat ke tanah hinggaku bisa mengukur jalan, tau melihat ke atas hingga ku jatuh ke lubang jalanan?

Kalau aku berbicara nafsu, jelas sekali aku suka. Tapi, aku tak ingin hatiku ini dijajah oleh nafsu setan. Aku butuh pemandangan yang membuat aku hati ini tenang. Aku ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, dan membuat iman lepas ditarik oleh pikiran “ngeres”! Continue reading

Aku Ingin Seperti Mereka…

Aku ingin menulis. Menulis lepas tanpa beban. Menulis apapun yang ingin kutuliskan tanpa ada yang mengikat. Aku ingin menjadi Salim a.fillah yang dari jari – jarinya begitu banyak buku – buku inspiratif dihasilkan. Aku ingin menjad Habiburrahman El Shirazi yang dengan imaginasinya begitu banyak novel – novel mendidik yang di ciptakan. Aku ingin menjadi Romi Satria Wahono, yang dengan ilmunya begitu banyak mahasiswa – mahasiwa yang di sadarkan. Aku ingin menjadi mereka, penulis – penulis hebat yang menghasilkan karya positif yang membangun.

Tapi aku sadar, aku tidak bisa menjadi mereka, aku tetap lah aku. Seorang Elfa Silfiana, bukanlah Salim A. Fillah, Habiburrahman ataupun Romi Satria Wahono. Tapi, aku bisa menjadi seperti mereka, aku juga pasti bisa menghasilkan karya positif yang membangun seperti mereka, yang tentunya dengan cara dan style ku sendiri.

Aku tahu, mereka bisa seperti itu bukanlah tiba – tiba. Mereka bisa menghasilkan karya – karya hebat itu, bukanlah mukjizat yang langsung turun dari langit. Semuanya pasti butuh proses. Semuanya tentu butuh waktu. Dan yakin semuanya butuh usaha dan semangat yang luar biasa. Continue reading

Kali ini Allah ingin aku belajar “Adaptasi”…

Adaptasi

Learning by doing, istilah yang sudah tidak asing lagi terdengar. Sebuah cara belajar langsung dengan melakukan/mempraktekkannya. Cara ini biasanya ampuh membuat si pembelajar paham dan menyimpan pengalaman yang ia dapatkan itu di long term memory nya. Karena, dengan mencobanya, si pembelajar akan langsung dihadapkan pada kasus dan masalah yang ada, sehingga mau tidak mau dia akan  menemukan cara sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Teringat status seorang sahabat di Facebooknya seperti ini

Dengan masalah, Tuhan memaksaku untuk belajar..

Ternyata cara itu juga diterapkan Allah untuk mengajari hambaNya. Allah sengaja menempatkan kita pada situasi dan kondisi yang mungkin sulit dan berat bagi kita, agar kita mau belajar. Continue reading

Memantaskan Diri…


Gambar : Danang

Aku terkesan dengan kata yang ada di judul postingan ini “MEMANTASKAN DIRI”. Sebenarnya kata itu aku dapatkan ketika suatu malam via YM iseng bertanya pada Teh Maryam seorang seniorku di Pendidikan Ilmu Komputer.

Teh berapa bulan lagi nyusul teh Yeni?

Teh Yeni, adalah salah satu teman terdekat teh Maryam yang pada saat itu segera akan menggenapkan setengah dien nya. Dan teh Maryam nya menjawab seperti ini

Aku sedang memantaskan diri sil.

Mhm…karena dong – dong nya, si isil ga nangkep maksudnya. Aku malah membaca “mementaskan diri” pake “e” bukan “a”. Dan kembali bertanya

Mementaskan diri???

dan teh maryam nya menjawab

Bukan, MEMANTASKAN DIRI.

Aku ingin mendapatkan seorang suami seperti Ali. Makanya aku harus memantaskan diri menjadi seperti Fathimah.

Continue reading

Menjadi Pemimpin Itu Sulit

Judul itu semata – mata hanyalah pendapat saya pribadi dan hasil kesimpulan ketika berdiskusi dengan kakak. Anda berhak tidak setuju, atau punya pendapat lain. Karena, banyak definisi dan kesimpulan yang bisa di ambil mengenai kata “PEMIMPIN”. Tergantung dari sudut pandang dan pengalaman masing – masing.

Bicara soal pemimpin, erat kaitannya dengan team work, koordinasi, dan komitmen. Seorang pemipin bukanlah apa – apa ketika tidak ada staff dengan team work nya. Seorang pemimpin tidak bisa berbuat apa – apa jika tidak berkoordinasi, dan seorang pemimpin akan hancur ketika tidak ada komitmen dalam memimpin. Setidaknya tiga hal itu akan berpengaruh dan mempengaruhi tipe dan gaya kepemimpinan seseorang. Continue reading

Wanita Tangguh??

21 April sangat erat kaitannya dengan wanita. Bisa dilihat, dimana – mana baik itu status facebook, TV, radio ataupun sekedar pembicaraan orang  – orang dijalan kebanyakan bicara mengenai wanita atau lebih tepatnya kartini. Yups, karena memang tanggal 21 adalah peringatan hari lahirnya RA.Kartini. Seorang pahlawan wanita indonesia yang terkenal dengan surat – suratnya “Habis Gelap Terbitlah Terang” Continue reading

Mungkin dengan Inilah Allah Menjagaku

Jadi teringat ketika ibu menelpon dan mengingatkanku karena tahu anaknya ini banyak kegiatan di luar perkuliahan, ibu bilang seperti ini :

Jangan terlalu sibuk sil, nanti sakit lho…

yups, aku tahu itu hanyalah ungkapan kekhwatiran seorang ibu kepada anaknya. Dan tiap kali ibu bilang seperti itu aku selalu jawab seperti ini :

Mungkin karena banyaknya kegiatan ini, Sil diberi kesehatan bu..

Continue reading

Berhenti Sejenak…

Lelah, sebuah rasa yang pasti sering dirasakan setiap manusia yang hidup. Karena hakikat hidup adalah terus bergerak dan pasti akan mengalami problematika. Problematika hidup adalah sebuah tangga yang harus dilewati untuk mencapai sebuah cita – cita dan tujuan. Ketika lelah, dan rasa bosan mulai datang menghampiri setiap aktifitas yang kita lakukan, itulah saatnya kita untuk berhenti sejenak. Berhenti sejenak bukan berarti stop atau selesai dan tidak melakukan apa – apa. Berhenti untuk melihat dan merenungin lagi perjalanan yang telah kita lakukan. Berhenti untuk memompa kembali semangat beramal dan berhenti untuk mencharge lagi keimanan agar tidak redup dan mati ditengah jalan.

Yah, itu yang harus aku lakukan sekarang, berhenti untuk mengevaluasi perbekalan yang kupunya tuk melanjutkan perjuangan ini. Apakah, masih cukup, atau mungkin sudah habis dan harus di isi dan diperbaharui lagi? Tapi, bagiku ketika rasa lelah itu mulai datang, saat itulah aku harus berhenti sesaat. Karena jika tetap bergerak tanpa ada proses evaluasi diri, pasti akan trasa berat tuk melanjutkannya. Aku takut, akan jatuh pada ketidakikhlasan dan keterpaksaan yang berujung bukan karena Allah lagi. Akubutuh waktu untuk melihat kondisi jiwa ku agar tetap stabil dan tahan dalam menghadapi segalanya. Continue reading