Ini Proses Ku

Satu hal yang paling ku impikan ketika membangun sebuah keluarga adalah keberkahan dari Allah SWT. Keberkahan dari awal sampai akhirnya. Itu pula mungkin alasan, kenapa ku memilih taaruf sebagai jalan menemukan jodoh ku, bukan dengan pacaran ataupun TTM-an dengan lawan jenis seperti proses mencari jodoh yang banyak dilakukan orang pada saat ini.

Berbeda dan tidak biasa pastinya, proses yang kutempuh itu bagi sebagian orang. Makanya tidak jarang, bermacam pertanyaan datang diawal, yang seolah – olah menanyakan kembali padaku “Apakah kamu yakin dengan pilihanmu, Sil? Bukankah kamu baru bertemu 1 kali dengannya? ”. Atau bentuk pertanyaan lain yang pada dasarnya menanyakan hal yang sama. Hmm entahlah, jika pertanyaan itu muncul yang jelas aku hanya bisa menjawab “ Allah yang meyakinkanku atas pilihan itu” Karena aku mengambil keputusan bukan atas kehendak ku sendiri, keputusan itu aku ambil setelah meminta pertimbangan pada Nya dalam istikharah ku. Yang jelas, setelah ku bertanya pada Allah, semuanya seolah mengalir begitu saja. Proses itu terasa berjalan lancar, dan ada kekuatan yang datang meyakinkanku untuk menjawab “Ya, prosesnya bisa lanjut”. Ada kemantapan hati.

Cara ini pun bukan berarti lepas dari godaan syaitan pastinya. Masih banyak godaan kesabaran, yang mesti dilalui dalam proses taaruf sampai akad. Satu yang selalu ku ingat, sebelum ijab qabul di ucapkan, aku dan dia bukanlah siapa – siapa. Oleh karena itu, akupun selalu berusaha bersikap sewajarnya dan seperlunya jika harus berinteraksi dengan nya. Sms, telpon dan bertemu pun hanya untuk membicarakan hal – hal yang berurusan dengan nikah dan walimahan. Jika tidak penting, lebih baik tidak. Itu prinsipku untuk menjaga proses itu. Bersyukur calon suamiku, sepemikiran dan sepaham dengan caraku. Jadi selama proses taaruf, khitbah sampai akad, kita bertemu bisa dihitung dengan jari. Banyak teman – teman yang protes padaku, tentang sikapku itu “Kok kamu cuek banget sih, sil? ”, masak nggak pernah bertanya bagaimana keadaannya?, sudah makan atau belum? Dan bentuk pertanyaan perhatian lainnya, seperti yang sering di umbar oleh orang – orang yang sedang pacaran. Dan lagi – lagi aku hanya tersenyum ketika protes itu datang. Dalam hati aku menjawab “ Bukannya aku tidak perhatian, bukannya aku cuek, tapi aku tidak mau saja hatiku tidak terjaga sebelum Allah menghalalkan hubunganku dengannya. Ada juga yang bilang begini “Anggap saja perhatian seperti pada teman – teman lainnya”. Nah, lagi – lagi aku hanya bisa tersenyum dan jawab dalam hati, “ Kasus nya beda, ternyata lebih susah menjaga hati ketika kita sudah tahu orang yang akan jadi pasangan kita nanti, dibandingkan ketika orang itu belum terbayang dan belum kita ketahui.” Akhirnya aku memilih bersikap seperti itu, tidak lain dan tidak bukan hanya karena kelemahanku dalam menjaga hati ini. Satu hal yang ku yakin, ketika ku ingin sebuah keberkahan maka aku harus berjuang menjaga prosesnya sehingga Allah ridha memberikan keberkahan itu padaku.

 Alhamdulillah 2 bulan bisa dilalui setelah proses khitbah sampai akad. Walau dengan tertatih – tatih untuk menjaga hati dari godaan – godaan yang semakin kuat. Hari yang dinanti itu semakin dekat, saat – saat yang dinantipun akan segera tiba. 4/4/2012 pukul 14.00, Papa mengucapkan ijab disambut qabul dengan lancar oleh nya. Seketika statusku berubah jadi istri orang. Saat itu juga ada seorang suami yang harus aku patuhi dan ikuti perintahnya. Tiba – tiba ada qawwam yang bertanggung jawab penuh pada diriku. Senang, grogi, malu, antara percaya dan tidak percaya masih menyelimuti hatiku saat itu. Semua campur aduk seperti sayur-sayuran yang bercampur dalam sepiring gado – gado.

 Alhamdullillah 16 hari sudah biduk Rumah Tangga kami berlayar, ada kebahagiaan yang tak tergambarkan atas karunia ini. Ada sebentuk syukur yang tak terhitung atas anugerah keluarga kecil ini. Rasanya, semua datang tiba – tiba dan Allah berikan begitu banyak kemudahan – kemudahan dari awal sampai akhir. Mohon doanya, Semoga Allah berkenan menghadiahkan keberkahan untuk keluarga kecil kami ini.

34 thoughts on “Ini Proses Ku

  1. Pingback: Pokoknya Tulis « Catatan Harian Arief Mardianto

  2. Sil …
    saya ikut bahagia Sil …
    Yang jelas … mulai sekarang .. kalian berdua … harus saling memperhatikan …
    kalian berdua harus saling peduli satu sama lain …

    Ya … kita manusia biasa …
    Kadang satu dua kali … pasti ada ketidak sesuaian … yang jelas mengganjal di hati …
    namun ini semua … (seperti yang kamu tulis) … adalah Proses …
    Semua pasangan mengalaminya … dan itu sangat biasa … dan … disitulah Indahnya …

    So … kini …
    Berpacaranlah … !!!
    Berinteraksilah …!!!
    Bercintalah … !!!
    Karena ALLAH …

    It’s all halal now !!!

    Salam saya Sil …

    • makasih banyak om..
      iya om, yang jelas kami berdua sekarang harus saling memperhatikan dan saling peduli satu sama lain..

      dan sekarang kami sedang menikmati indahnya Pacaran Setelah Menikah itu Om
      Mohon doanya, semoga Allah selalu limpahkan kebahagiaan itu untuk kami..

  3. Jiaaahhh …
    komenku ilang …
    padahal udah ngetik panjang lebar tuh …

    Singkatnya …
    perkenankan saya ikut berbahagia Sil …
    Mulai sekarang … berpacaranlah … berinteraksilah … bercintalah dengan imammu … karena ALLAH …
    It’s Halal now …

    Salam saya

  4. Semoga nia pun tetap istiqomah dg jalan yg telah Allah putuskan tuk nia…
    Semoga nia pun bisa cpt ikut jejak langkah uni tuk membangun sebuah keluarga yg Rabbani…
    N semoga Allah terus berikan kesabaran tuk nia, uni n ummat Islam sedunia dalam menempuh jalan yg telah Allah Ridhoi…

  5. Isil, pada dasarnya proses yang kita lewati sebagian besar sama. Uda adalah orang yang tidak pernah uni temui sepanjang perjalanan kehidupan uni, bahkan sesudah uni sampai ke Bandung dan bertemu Isil. Sebelum menikah dengan uda, uni hanya bertemu 4 atau 5 kali, itupun di rumah, dengan ditemani keluarga. Akhirnya, kali keenam, kami menikah dengan modal keyakinan kepada Allah bahwa lelaki itulah yang akan uni dampingi sampai uni lupa bernapas. Cinta timbul begitu saja, begitu akad dinyatakan ‘sah’. Hingga sampai saat ini, apa yang uni rasakan masih sama ketika lafaz ‘sah’ itu terdengar.
    Menikah dengan orang yang sama sekali asing, bagi sebagian orang mungkin terasa berat. Namun, jika keyakinan hanya tertumpah kepada Allah, maka semua akan terasa indah.
    Selamat, sil. Separuh agama telah kita tunaikan. Semoga kita dapat menyempurnakan separuhnya lagi…. Amiiiiinnn…..

    • Merinding juga baca cerita uni..cin juga baru tahu cerita uni seperti itu.
      amiin semoga kita dapat menyempurnakan separuhnya lagi///
      Mohon doanya ya ni

Leave a comment